
Paus Fransiskus pada Januari lalu.
Pertemuan tersebut terjadi di Vatikan pada 24 Januari 2024. Pertemuan keduanya terjadi atas undangan Zayed Award for Human Fraternity.
Haedar pada waktu itu seharusnya datang bersama dengan Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf atau akrab dikenal dengan panggilan Gus Yahya.
“Waktu itu saya seharusnya datang dengan Gus Yahya. Tapi pada waktu itu Gus Yahya terlambat,” kata Haedar, Selasa (22/4/2025).
Lanjut Haedar, pada pertemuan di Vatikan itu, ia bertemu langsung dengan Paus Fransiskus.
“Beliau menerima kami tidak di tempat formal. Beliau mengajak kita sambil santai di samping pintu masuk, tempat official disediakan beliau tidak kesitu,” katanya.
Haedar mengenang Paus Fransiskus sebagai tokoh yang bersahaja, ramah, dan humoris.
“Beliau bersahaja dengan tidak seperti membangun karisma yang diciptakan begitu rupa, ada humorisnya juga, dan ramah,” kenang Haedar.
Pesan terakhir Paus Fransiskus
Ia berharap, pesan terakhir Paus didengar oleh tokoh-tokoh seluruh negara agar menghentikan perang, menghentikan genosida, menghentikan agresi dalam segala bentuk.
Haedar mengatakan, era saat sekarang sudah saatnya tidak hadir tokoh-tokoh yang ugal-ugalan, kemudian mengedepankan kekerasan, perang, agresi, dan genosida.
“Jika bangsa-bangsa saat ini ingin menamakan dirinya sebagai bangsa beradab, bangsa modern, maka pesan Paus Fransiskus harus menjadi rujukan bagaimana menghentikan perang, keluar dari agresi, dan mengedepankan perdamaian,” ucap Haedar.
Haedar meyakini, penerus Paus Fransiskus bisa melanjutkan nilai-nilai luhur yang sudah dicontohkan oleh Paus Fransiskus.
“Beliau (Paus Fransiskus) mengedepankan human fraternity, persaudaraan kemanusiaan, social justice, keadilan sosial, kemudian religiositas yang teraplikasi dalam cinta sesama, cinta setiap bangsa, hatta berbeda golongan, agama, suku, etnik, dan lain sebagainya, sekaligus mengedepankan perdamaian,” kata dia.